Budaya Jawa merupakan salah satu kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia yang didalam tradisinya memiliki nilai-nilai
keluhuran dan kearifan budaya yang menjadi ciri khas masyarakat
Jawa. Setiap tradisi dalam masyarakat Jawa memiliki arti
Indonesia yang didalam tradisinya memiliki nilai-nilai
keluhuran dan kearifan budaya yang menjadi ciri khas masyarakat
Jawa. Setiap tradisi dalam masyarakat Jawa memiliki arti
dan makna filosofis yang mendalam dan luhur. Begitu pula pada
prosesi & Tata cara pernikahan adat Jawa yang sarat makna serta
folosofi yang apabila dipelajari dan didalami akan memberi
kesan unik, sakral dan khidmat saat dijalankan, berikut
prosesi & Tata cara pernikahan adat Jawa yang sarat makna serta
folosofi yang apabila dipelajari dan didalami akan memberi
kesan unik, sakral dan khidmat saat dijalankan, berikut
sekilas Kronologi, Tata cara dan maknanya:
A. KRONOLOGIS
Kronologis ketemu jodoh pada orang Jawa dahulu, biasanya melalui
cara yang disebut:
cara yang disebut:
1. Babat alas artinya membuka hutan untuk merintis membuat lahan.
Dalam hal babat alas ini orangtua pemuda merintis seorang congkok
untuk mengetahui apakah si gadis sudah mempunyai calon atau
belum. Istilah umumnya disebut nakokake artinya
Dalam hal babat alas ini orangtua pemuda merintis seorang congkok
untuk mengetahui apakah si gadis sudah mempunyai calon atau
belum. Istilah umumnya disebut nakokake artinya
menanyakan.
2. Kalau sang pemuda belum kenal dengan sang gadis, maka adanya
upacara nontoni
upacara nontoni
Yaitu sang pemuda diajak keluarganya datang ke rumah sang gadis,
pada saat pemuda pemuda itu diajak/ diberi kesempatan untuk
nontoni sang gadis pilihan orang tuanya.
pada saat pemuda pemuda itu diajak/ diberi kesempatan untuk
nontoni sang gadis pilihan orang tuanya.
3. Bila cocok artinya saling setuju, kemudian disusul dengan
upacara nglamar atau meminang. Dalam upacara nglamar,
keluarga pihak sang pemuda menyerahkan barang kepada
pihak sang gadis sebagai peningset yang terdiri dari pakaian
upacara nglamar atau meminang. Dalam upacara nglamar,
keluarga pihak sang pemuda menyerahkan barang kepada
pihak sang gadis sebagai peningset yang terdiri dari pakaian
lengkap, dalam bahasa Jawanya sandangan sapangadek.
4. Menjelang hari perkawinan diadakan upacara srah-srahan atau
asok tukon yaitu
asok tukon yaitu
pihak calon pengantin putra menyerahkan sejumlah hadiah perkawinan
kepada keluarga pihak calon pengantin putri berupa hasil
bumi, alat-alat rumah tangga, ternak dan kadang-kadang ditambah
sejumlah uang.
kepada keluarga pihak calon pengantin putri berupa hasil
bumi, alat-alat rumah tangga, ternak dan kadang-kadang ditambah
sejumlah uang.
5. Kira-kira 7 hari (dulu 40 hari) sebelum hari pernikahan calon
pengantin putri dipingit artinya tidak boleh keluar dari rumah
dan tidak boleh bertemu dengan calon suaminya. Selama masa
pingitan calon pengantin putri membersihkan diri dengan
mandi kramas dan badannya diberi lulur.
pengantin putri dipingit artinya tidak boleh keluar dari rumah
dan tidak boleh bertemu dengan calon suaminya. Selama masa
pingitan calon pengantin putri membersihkan diri dengan
mandi kramas dan badannya diberi lulur.
6. Sehari atau dua hari sebelum upacara akad nikah di rumah
orangtua calon pengantin putri membuat tratag dan menghias
rumah. Kesibukan tersebut biasanya juga dinamakan upacara pasang
tarub.
orangtua calon pengantin putri membuat tratag dan menghias
rumah. Kesibukan tersebut biasanya juga dinamakan upacara pasang
tarub.
7. Upacara siraman yaitu memandikan calon pengantin putri dengan
kembang telon yaitu bunga mawar, melati dan kenanga dan
selanjutnya disusul dengan upacara ngerik. Upacara ngerik yaitu
membersihkan bulu-bulu rambut yang terdapat di dahi, kuduk,
tengkuk dan di pipi.
kembang telon yaitu bunga mawar, melati dan kenanga dan
selanjutnya disusul dengan upacara ngerik. Upacara ngerik yaitu
membersihkan bulu-bulu rambut yang terdapat di dahi, kuduk,
tengkuk dan di pipi.
8. Setelah upacara ngerik, maka pada malam hari diadakan upacara
malam Midodareni. Calon pengantin putra datang ke rumah pengantin
putri dan selanjutnya calon pengantin putra menjalani upacara
nyantri.
malam Midodareni. Calon pengantin putra datang ke rumah pengantin
putri dan selanjutnya calon pengantin putra menjalani upacara
nyantri.
9. Pada pagi harinya atau sore harinya dilangsungkan upacara ijab
kabul yaitu meresmikan kedua insan antara pria dan wanita yang
memadu kasih telah sah menjadi suami istri.
kabul yaitu meresmikan kedua insan antara pria dan wanita yang
memadu kasih telah sah menjadi suami istri.
10. Sehabis upacara ijab kabul dilangsungkan upacara panggih atau
temon yaitu pengantin putra dan pengantin putri ditemukan
yang berakhir duduk bersanding di pelaminan.
temon yaitu pengantin putra dan pengantin putri ditemukan
yang berakhir duduk bersanding di pelaminan.
11. Lima hari setelah akad nikah dan upacara panggih diadakan
upacara sepasaran pengantin atau ngunduh mantu apabila disertai
dengan pesta.
upacara sepasaran pengantin atau ngunduh mantu apabila disertai
dengan pesta.
B. RANGKAIAN UPACARA ADAT PENGANTIN JAWA
Rangkaian upacara adat pengantin Jawa secara kronologis diuraikan
dari awal sampai akhir sebagai berikut :
dari awal sampai akhir sebagai berikut :
1. Upacara siraman pengantin putra-putri
2. Upacara malam midodareni
3. Upacara akad nikah / ijab kabul
4. Upacara panggih / temu
5. Upacara resepsi
6. Upacara sesudah pernikahan
Makna rangkaian upacara tersebut secara perinci dapat dijelaskan
sebagai berikut :
sebagai berikut :
1. Upacara Siraman Pengantin Putra-putri
Upacara siraman ini dilangsungkan sehari sebelum akad nikah
(ijab kabul). Akad nikah dilangsungkan secara/menurut agama
masing-masing dan hal ini tidak mempengaruhi jalannya upacara
adat. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan pada upacara
siraman adalah :
(ijab kabul). Akad nikah dilangsungkan secara/menurut agama
masing-masing dan hal ini tidak mempengaruhi jalannya upacara
adat. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan pada upacara
siraman adalah :
a) Siraman Pengantin Putri
• Pengantin putri pada upacara siraman sebaiknya mengenakan kain
dengan motif Grompol yang dirangkapi dengan kain mori putih
bersih sepanjang dua meter dan pengantin putri rambutnya terurai.
dengan motif Grompol yang dirangkapi dengan kain mori putih
bersih sepanjang dua meter dan pengantin putri rambutnya terurai.
• Yang bertugas menyiram pengantin putri adalah :
Bapak dan Ibu pengantin putri, disusul Bapak dan Ibu pengantin
putra, diteruskan oleh orang-orang tua serta keluarga yang
dianggap telah pantas sebagai teladan. Siraman ini dilanjutkan
dan diakhiri juru rias dan paling akhir adalah dilakukan
oleh pengantin sendiri, sebaiknya pergunakan air hangat agar
putra, diteruskan oleh orang-orang tua serta keluarga yang
dianggap telah pantas sebagai teladan. Siraman ini dilanjutkan
dan diakhiri juru rias dan paling akhir adalah dilakukan
oleh pengantin sendiri, sebaiknya pergunakan air hangat agar
pengantin yang disirami tidak masuk angin.
b) Siraman Pengantin Putra
Urut-urutan upacara siraman pengantin putra adalah sama seperti
sirama pengantin putri hanya yang menyiram pertama adalah Bapak
pengantin putra.Setelah upacara siraman pengantin selesai,
maka pengantin putra ke tempat pemondokan yang tidak jauh
dari tempat kediaman pengantin putri. Dalam hal ini pengantin
putra belum diizinkan tinggal serumah dengan pengantin
sirama pengantin putri hanya yang menyiram pertama adalah Bapak
pengantin putra.Setelah upacara siraman pengantin selesai,
maka pengantin putra ke tempat pemondokan yang tidak jauh
dari tempat kediaman pengantin putri. Dalam hal ini pengantin
putra belum diizinkan tinggal serumah dengan pengantin
putri. Sedangkan pengantin putri setelah siraman berganti busana
dengan busana kerik, yaitu pengantin putri akan dipotong rambut
bagian depan pada dahi secara merata.
dengan busana kerik, yaitu pengantin putri akan dipotong rambut
bagian depan pada dahi secara merata.
2. Upacara Midodareni
Dalam upacara midodareni pengantin putri mengenakan busana polos
artinya dilarang mengenakan perhiasan apa-pun kecuali cincin
kawin. Dalam malam midodareni itulah baru dapat dikatakan
pengantin dan sebelumnya disebut calon pengantin. Pada
malam itu pengantin putra datang ke rumah pengantin putri.
Untuk model Yogyakarta pengantin putra mengenakan busana
kasatrian yaitu baju surjan, blangkon model Yogyakarta,
kalung korset, mengenakan keris, sedangkan model Surakarta,
pengantin putra mengenakan busana Pangeran yaitu mengenakan
artinya dilarang mengenakan perhiasan apa-pun kecuali cincin
kawin. Dalam malam midodareni itulah baru dapat dikatakan
pengantin dan sebelumnya disebut calon pengantin. Pada
malam itu pengantin putra datang ke rumah pengantin putri.
Untuk model Yogyakarta pengantin putra mengenakan busana
kasatrian yaitu baju surjan, blangkon model Yogyakarta,
kalung korset, mengenakan keris, sedangkan model Surakarta,
pengantin putra mengenakan busana Pangeran yaitu mengenakan
jas beskap, kalung korset dan mengenakan keris pula. Untuk
mempermudah maka pengantin putra pada waktu malam midodareni
boleh juga mengenakan jas lengkap dengan mengenakan dasi asal
jangan dasi kupu-kupu. Kira-kira pukul 19:00, pengantin
putra datang ke rumah pengantin putri untuk berkenalan dengan
keluarga dan rekan-rekan pengantin putri. Setibanya pengantin
putra, maka terus diserahkan kepada Bapak dan Ibu pengantin putri. Setelah penyerahan diterima pengantin putra diantarkan ke pondok yang telah
disediakan yang jaraknya tidak begitu berjauhan dengan rumah
pengantin putri. Pondokan telah disediakan makanan dan minuman
sekedarnya dan setelah makan dan minum ala kadarnya maka
mempermudah maka pengantin putra pada waktu malam midodareni
boleh juga mengenakan jas lengkap dengan mengenakan dasi asal
jangan dasi kupu-kupu. Kira-kira pukul 19:00, pengantin
putra datang ke rumah pengantin putri untuk berkenalan dengan
keluarga dan rekan-rekan pengantin putri. Setibanya pengantin
putra, maka terus diserahkan kepada Bapak dan Ibu pengantin putri. Setelah penyerahan diterima pengantin putra diantarkan ke pondok yang telah
disediakan yang jaraknya tidak begitu berjauhan dengan rumah
pengantin putri. Pondokan telah disediakan makanan dan minuman
sekedarnya dan setelah makan dan minum ala kadarnya maka
pengantin putra menuju ke tempat pengantin putri untuk menemui
para tamu secukupnya kemudia pengantin putra kembali ke pondokan
untuk beristirahat. Jadi jangan sampai jauh malam, karena
menjaga kondisi fisik seterusnya. Jadi kira-kira pukul 22:00
harus sudah kembali ke pondokan. Hal ini perlu mendapatkan
perhatian sepenuhnya agar jangan sampai pengantin menjadi sangat
para tamu secukupnya kemudia pengantin putra kembali ke pondokan
untuk beristirahat. Jadi jangan sampai jauh malam, karena
menjaga kondisi fisik seterusnya. Jadi kira-kira pukul 22:00
harus sudah kembali ke pondokan. Hal ini perlu mendapatkan
perhatian sepenuhnya agar jangan sampai pengantin menjadi sangat
lelah karena kurang tidur. Setelah upacara malam midodareni ini
masih disusul dengan upacara-upacara lainnya yang kesemuanya
itu cukup melelahkan kedua pengantin.
masih disusul dengan upacara-upacara lainnya yang kesemuanya
itu cukup melelahkan kedua pengantin.
Pada malam midodareni pengantin putri tetap di dalam kamar
pengantin dan setelah pukul 24:00 baru diperbolehkan tidur.
Pada malam midodareni ini para tamu biasanya berpasangan suami
istri. Keadaan malam midodareni harus cukup tenang dan
suasana khidmat, tidak terdengar percakapan-percakapan yang
terlalu keras.
pengantin dan setelah pukul 24:00 baru diperbolehkan tidur.
Pada malam midodareni ini para tamu biasanya berpasangan suami
istri. Keadaan malam midodareni harus cukup tenang dan
suasana khidmat, tidak terdengar percakapan-percakapan yang
terlalu keras.
Para tamu bercakap-cakap dengan tamu lain yang berdekatan saja.
Pada pukul 22:00 – 24:00 para tamu diberikan hidangan makan dan
sedapat mungkin nasi dengan lauk-pauk opor ayam dan telur
ayam kampung, ditambah dengan lalapan daun kemangi.
sedapat mungkin nasi dengan lauk-pauk opor ayam dan telur
ayam kampung, ditambah dengan lalapan daun kemangi.
Perlengkapan yang diperlukan untuk upacara panggih :
1) Empat sindur untuk dipakai oleh kedua belah orang tua
2) Empat meter kain mori putih yang dibagi menjadi dua bagian
masing-masing dua meter
masing-masing dua meter
3) Dua lembar tikar yang akan dipergunakan untuk duduk pengantin
putri pada waktu di rias
putri pada waktu di rias
4) Dua buah kendhi untuk siraman pengantin putra-putri
5) Dua butir kelapa gading yang masih utuh dan masih pada
tangkainya
tangkainya
6) Sebutir telur ayam kampung yang masih mentah dan baru
7) Sebungkus bunga setaman
8) Satu buah baskom / pengaron yang telah ada air serta gayungnya
untuk upacara membasuh kaki pengantin putra
untuk upacara membasuh kaki pengantin putra
9) Dua helai kain sindur dengan bentuk segi empat digunakan pada
upacara tanpa kaya atau kantongan yang terbuat dari kain apa saja.
upacara tanpa kaya atau kantongan yang terbuat dari kain apa saja.
10) Daham klimah yaitu upacara makan bersama-sama (dulangan) atau
suap-suapan pengantin putri menyuapi pengantin putra dan
sebaliknya
suap-suapan pengantin putri menyuapi pengantin putra dan
sebaliknya
11) Dahar klimah, pada upacara dahar klimah makanan yang perlu
disiapkan adalah : nasi kuning ditaburi bawang merah yang
telah digoreng dan opor ayam. Pada upacara tanpa kaya yang
perlu disediakan ialah : kantongan yang berisi uang logam,
beras, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, jagung dan lain-lain.
disiapkan adalah : nasi kuning ditaburi bawang merah yang
telah digoreng dan opor ayam. Pada upacara tanpa kaya yang
perlu disediakan ialah : kantongan yang berisi uang logam,
beras, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, jagung dan lain-lain.
3. Upacara Akad Nikah
Upacara akad nikah dilaksanakan menurut agamanya masing-masing.
Dalam hal ini tidak mempengaruhi jalannya upacara selanjutnya. Bagi pemeluk agama Islam akad nikah dapat dilangsungkan di masjid atau mendatangkan
Penghulu. Setelah
Dalam hal ini tidak mempengaruhi jalannya upacara selanjutnya. Bagi pemeluk agama Islam akad nikah dapat dilangsungkan di masjid atau mendatangkan
Penghulu. Setelah
akad nikah diberikan petunjuk sebagai berikut : Setelah upacara
akad nikah selesai,pengantin putra tetap menunggu di luar untuk
upacara selanjutnya. Yang perlu mendapatkan perhatian ialah
selama upacara akad nikah pengantin putra boleh mengenakan
keris (keris harus dicabut terlebih dahulu) dan kain yang dopakai
oleh kedua pengantin tidak boleh bermotif hewan begitu pula
blangkon yang dipakai pengantin putra. Bagi pemeluk agama
Katholik atau Kristen akad nikah dilangsungkan di gereja. Untuk
pemeluk agama Katholik dinamakan menerima Sakramen Ijab,
baik agama Islam maupun Katholik atau Kristen pelaksanaan akad
nikah harus didahulukan dan setelah selesai Ijab Kabul barulah
upacara adat dapat dilangsungkan.
akad nikah selesai,pengantin putra tetap menunggu di luar untuk
upacara selanjutnya. Yang perlu mendapatkan perhatian ialah
selama upacara akad nikah pengantin putra boleh mengenakan
keris (keris harus dicabut terlebih dahulu) dan kain yang dopakai
oleh kedua pengantin tidak boleh bermotif hewan begitu pula
blangkon yang dipakai pengantin putra. Bagi pemeluk agama
Katholik atau Kristen akad nikah dilangsungkan di gereja. Untuk
pemeluk agama Katholik dinamakan menerima Sakramen Ijab,
baik agama Islam maupun Katholik atau Kristen pelaksanaan akad
nikah harus didahulukan dan setelah selesai Ijab Kabul barulah
upacara adat dapat dilangsungkan.
4. Upacara Panggih
Bagian I
Upacara balangan sedah / lempar sirih yaitu pengantin putra dan
pengantin putri saling melempar sirih, setelah itu disusul
dengan berjabat tangan tanda saling mengenal.
pengantin putri saling melempar sirih, setelah itu disusul
dengan berjabat tangan tanda saling mengenal.
Bagian II
Upacara Wiji Dadi
Sebelum pengantin putra menginjak telur, pengantin putri membasuh
terlebih dahulu kedua kaki pengantin putra.
terlebih dahulu kedua kaki pengantin putra.
Bagian III
Upacara sindur binayang yaitu pasangan pengantin berjalan
dibelakang ayah pengantin putri, sedangkan ibu pengantin putri
dibelakangnya pengantin tersebut.Hal ini mempunyai makna
Bapak selalu membimbing putra-putrinya menuju kebahagiaan,
dibelakang ayah pengantin putri, sedangkan ibu pengantin putri
dibelakangnya pengantin tersebut.Hal ini mempunyai makna
Bapak selalu membimbing putra-putrinya menuju kebahagiaan,
sedangkan Ibu memberikan dorongan “tut wuri handayani”
Bagian IV
Timbang (Pangkon) dan disusul upacara tanem
Upacara tanem yaitu Bapak pengantin putri mempersilahkan duduk
kedua pengantin di pelaminan yang bermakna bahwa Bapak telah
merestui dan mengesahkan kedua pengantin menjadi suami istri.
kedua pengantin di pelaminan yang bermakna bahwa Bapak telah
merestui dan mengesahkan kedua pengantin menjadi suami istri.
Bagian V
Upacara tukar kalpika yang disebut juga tukar cincin yaitu
memindahkan dari jari manis kiri ke jari manis kanan
dan dilaksanakan saling memindahkan. Hal ini mempunyai makna
bahwa suami istri telah memadu kasih sayang untuk mencapai hidup
memindahkan dari jari manis kiri ke jari manis kanan
dan dilaksanakan saling memindahkan. Hal ini mempunyai makna
bahwa suami istri telah memadu kasih sayang untuk mencapai hidup
bahagia sepanjang hidup.
Bagian VI
Kacar-kucur (tanpa kaya)
Upacara kacar-kucur atau disebut guna kaya yang bermakna bahwa
hasil jerih payah sang suami diperuntukkan kepada sang istri
untuk kebutuhan keluarga.
hasil jerih payah sang suami diperuntukkan kepada sang istri
untuk kebutuhan keluarga.
Bagian VII
Kembul Dhahar “ Sekul Walimah “
Upacara kembul dhahar yaitu kedua pengantin saling suap-suapan
secara lahap. Hal ini bermakna bahwa hasil jerih payah dan
rejeki yang diterimanya adalah berkat Rahmat Tuhan dan untuk
mencukupi keluarganya. Segala suka dan duka harus
dipikul bersama-sama.
secara lahap. Hal ini bermakna bahwa hasil jerih payah dan
rejeki yang diterimanya adalah berkat Rahmat Tuhan dan untuk
mencukupi keluarganya. Segala suka dan duka harus
dipikul bersama-sama.
Bagian VIII
Pengantin putra dengan sabar menunggu pengantin putri
menghabiskan Dhaharan.Biasanya Ibu lebih sayang untuk
membuang makanan. Hal ini bermakna agar Tuhan selalu
memberikan rezeki dan selalu mensyukuri rezeki yang diterimanya.
menghabiskan Dhaharan.Biasanya Ibu lebih sayang untuk
membuang makanan. Hal ini bermakna agar Tuhan selalu
memberikan rezeki dan selalu mensyukuri rezeki yang diterimanya.
Bagian IX
Upacara Mertuwi
Bapak dan Ibu pengantin putra datang dijemput oleh Bapak dan Ibu
pengantin putri untuk menjenguk pengesahan perkawinan putrinya.
Setelah dipersilahkan duduk oleh Bapak dan Ibu pengantin
putri lalu dilangsungkan upacara sungkeman. Apabila Ayah atau
Bapak pengantin putra telah meninggal dunia, maka sebagai
gantinya yaitu kakak pengantin putra atau pamannya.
pengantin putri untuk menjenguk pengesahan perkawinan putrinya.
Setelah dipersilahkan duduk oleh Bapak dan Ibu pengantin
putri lalu dilangsungkan upacara sungkeman. Apabila Ayah atau
Bapak pengantin putra telah meninggal dunia, maka sebagai
gantinya yaitu kakak pengantin putra atau pamannya.
Bagian X
Upacara Sungkeman
Upacara sungkeman / Ngebekten yaitu kedua pengantin berlutut
untuk menyembah kepada Bapak dan Ibu dari kedua pengantin.
Dalam hal ini bermakna bahwa kedua pengantin tetap berbakti
kepada Bapak / Ibu pengantin, serta mohon doa restu agar
Tuhan selalu memberikan rahmatnya.
untuk menyembah kepada Bapak dan Ibu dari kedua pengantin.
Dalam hal ini bermakna bahwa kedua pengantin tetap berbakti
kepada Bapak / Ibu pengantin, serta mohon doa restu agar
Tuhan selalu memberikan rahmatnya.
ARTI ISTILAH DAN MAKNANYA
1. TARUB
Kata benda yang menunjukan pengertian dari satu “ bangunan darurat “
yang khusus didirikan pada dan di sekitar rumah orang yang
mempunyai hajat menyelenggarakan peralatan perkawinan /
Ngunduh Temanten, dengan tujuan rasional dan irrasional.
yang khusus didirikan pada dan di sekitar rumah orang yang
mempunyai hajat menyelenggarakan peralatan perkawinan /
Ngunduh Temanten, dengan tujuan rasional dan irrasional.
Rasional : Membuat tambahan ruang untuk tempat duduk tamu dan
lain-lainnya
lain-lainnya
Irrasional : Karena pembuatan tarub menurut adat harus disertai
dengan macam macam persyaratan khas yang disebut srana-srana /
sesaji, maka yang demikian itu mempunyai tujuan
“ keselamatan lahir batin “ dalam memangku-kerja-perkawinan itu
dalam arti luas Adapun Srana Tarub yang pokok disebut tuwuhan
dengan maksud supaya berkembang di segala bidang bagi kedua
mempelai terdiri dari :
dengan macam macam persyaratan khas yang disebut srana-srana /
sesaji, maka yang demikian itu mempunyai tujuan
“ keselamatan lahir batin “ dalam memangku-kerja-perkawinan itu
dalam arti luas Adapun Srana Tarub yang pokok disebut tuwuhan
dengan maksud supaya berkembang di segala bidang bagi kedua
mempelai terdiri dari :
a) Sepasang pohon pisang-raja yang berbuah, maknanya secara
singkat adalah :
singkat adalah :
• Agar mempelai kelak menjadi pimpinan yang baik bagi
keluarganya/ lingkungannya/bangsanya
• Seperti pohon pisang dapat tumbuh dan hidup di mana saja maka
diharapkan
diharapkan
bahwa mempelai berdua pun dapat hidup dan menyesuaikan diri di
lingkungan mana pun juga dan berhasil (berubah)
lingkungan mana pun juga dan berhasil (berubah)
b) Sepasang Tebu Wulung
Tebu : antipening kalbu = tekad yang bulat
Wulung : mulus = matang
Maknanya, dari mempelai diharapkan agar segala sesuatu yang
sudah dipikir matang-matang dikerjakan/dilaksanakan dengan tekad
yang bulat, pantang mundur (“mulat sarira hangrasawani”)
yang bulat, pantang mundur (“mulat sarira hangrasawani”)
c) Dua janjang kelapa gading yang masih muda
Kelapa gading : Kelapa yang kulitnya kuning
Kelapa muda : cengkir
Maknanya, kencengin pikir = kemauan yang keras
Dari mempelai diharapkan agar memiliki “kemauan yang keras” untuk
dapat mencapai tujuan
dapat mencapai tujuan
d) Daun : beringin
Daun : Maja
Daun : Koro
Daun : Andong
Daun : Alang-alang
Daun : Apa-apa (daun dadap srep)
Maknanya, diharapkan dari mempelai kelak dapat tumbuh seperti
pohon beringin, menjadi pengayom lingkungannya dan agar semuanya
dapat berjalan dengan selamat sentosa lahir batin
(aja ana-sekoro-koro kalis alangan sawiji apa)
pohon beringin, menjadi pengayom lingkungannya dan agar semuanya
dapat berjalan dengan selamat sentosa lahir batin
(aja ana-sekoro-koro kalis alangan sawiji apa)
2. SRANA/SESAJI TARUB
Menunjukkan pengertian baik kata benda maupun kata kerja, yang
berarti membuat/mempersiapkan semua persyaratan barang-barang
baik yang berujud (materiil) maupun yang tidak berujud
(spirituil) yang diperlukan untuk pelengkap syarat pembuatan
tarub sesuai dan menurut kepercayaan dan pengertian tradisi/adat.
berarti membuat/mempersiapkan semua persyaratan barang-barang
baik yang berujud (materiil) maupun yang tidak berujud
(spirituil) yang diperlukan untuk pelengkap syarat pembuatan
tarub sesuai dan menurut kepercayaan dan pengertian tradisi/adat.
3. NGUNDUH ATAU NGUNDUH TEMANTEN
Kata-kata Ngunduh = memetik yang dilakukan khusus oleh orang tua
dari mempelai lelaki, yang berarti mendatangkan mempelai berdua
di rumah orang tua mempelai lelaki, biasanya setelah 5 hari
anaknya lelaki itu berada di rumah mertuanya sejak hari
dilangsungkan perkawinannya, untuk secara bergantian dirayakan
di rumah orang tuanya sendiri (orang tua mempelai lelaki)
dengan maksud untuk memperkenalkan mempelai kepada keluarganya
dan handai taulan.
dari mempelai lelaki, yang berarti mendatangkan mempelai berdua
di rumah orang tua mempelai lelaki, biasanya setelah 5 hari
anaknya lelaki itu berada di rumah mertuanya sejak hari
dilangsungkan perkawinannya, untuk secara bergantian dirayakan
di rumah orang tuanya sendiri (orang tua mempelai lelaki)
dengan maksud untuk memperkenalkan mempelai kepada keluarganya
dan handai taulan.
4. SRANA NGUNDUH
Idem dengan No.2 di atas, untuk ucapan “ Ngunduh Tematen “
5. PETANEN ATAU KROBONGAN
Kata benda petanen atau krobongan yakni kamar tengah dari dalem =
bangunan rumah yang dibelakang. Bangunan rumah yang didepan
namanya PendapaKamar tengah yang disebut petanen ini biasanya
selalu dihiasi atau bahasa Jawa di robyong. Tempat yang
dirobyong itu lalu disebut Krobongan . Petanen atau juga
disebut krobongan ini adalah kamar yang disediakan untuk
DEWI SRI yaitu dewinya pertanian (Jawa = petanen)Dalam
upacara perkawinan, maka setelah temu atau panggih, kedua
mempelai lalu duduk di muka petanen ini. Disitulah
dilakukan ucapan-ucapan kelanjutannya, misalnya: nimbang,
kacar-kucur atau sungkem dan lain-lainnya. Sesuai dengan
perkembangannya sekarang krobongan disebut pelaminan yang
bentuknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
bangunan rumah yang dibelakang. Bangunan rumah yang didepan
namanya PendapaKamar tengah yang disebut petanen ini biasanya
selalu dihiasi atau bahasa Jawa di robyong. Tempat yang
dirobyong itu lalu disebut Krobongan . Petanen atau juga
disebut krobongan ini adalah kamar yang disediakan untuk
DEWI SRI yaitu dewinya pertanian (Jawa = petanen)Dalam
upacara perkawinan, maka setelah temu atau panggih, kedua
mempelai lalu duduk di muka petanen ini. Disitulah
dilakukan ucapan-ucapan kelanjutannya, misalnya: nimbang,
kacar-kucur atau sungkem dan lain-lainnya. Sesuai dengan
perkembangannya sekarang krobongan disebut pelaminan yang
bentuknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
6. KEMBAR MAYANG
Terdiri dari 2 kata,
Kembar : dua benda yang sama bentuknya dan ukurannya
Mayang : bunga pohon pinang
Jadi artinya, sepasang benda yang dirangkai dalam bentuk tertentu
dengan bunga pinang guna keperluan mempelai. Akan tetapi arti
sebenarnya dimaksudkan disini melambangkan suatu “pohon hayat”
dalam bentuk sekaligus berfungsi sebagai dekorasi.
dengan bunga pinang guna keperluan mempelai. Akan tetapi arti
sebenarnya dimaksudkan disini melambangkan suatu “pohon hayat”
dalam bentuk sekaligus berfungsi sebagai dekorasi.
7. TEMANTEN ATAU PENGANTIN
Artinya Mempelai
8. PRABOT TEMANTEN
Segala sesuatu yang perlu bagi seorang temanten, terutama sekali
mengenai pakaian tradisional temanten menurut adat
mengenai pakaian tradisional temanten menurut adat
9. “PINISEPUH“ PUTRI
Dalam arti sempit :
Ahli waris wanita yang dekat hubungannya dengan keluarga dan yang
kedudukannya dalam lingkungan keluarga itu lebih tua dari sang
mempelai, misalnya :
kedudukannya dalam lingkungan keluarga itu lebih tua dari sang
mempelai, misalnya :
• Dari garis lurus ke atas (adscendenten) Ibu, nenek putri, eyang
buyut dan seterusnya
buyut dan seterusnya
• Dari garis samping Kakak perempuan, bibi (tante, oudtante) dan
seterusnya.Dalam arti luas :
seterusnya.Dalam arti luas :
Yang disebut di atas + wanita-wanita lain yang tua usianya dan
sangat akrab hubungannya dengan keluarga yang bersangkutan
(bahasa Jawa disebut Kewula-keraga)
sangat akrab hubungannya dengan keluarga yang bersangkutan
(bahasa Jawa disebut Kewula-keraga)
10. “PINISEPUH“ KAKUNG
Idem dengan No.9 diatas tetapi untuk pengertian lelaki
11. NGANTHI
Kata kerja Nganthi berarti membimbing fisik = mendampingi dan
memegangi tangan dari sang mempelai
memegangi tangan dari sang mempelai
12. SINDUR
Semacam selendang yang warnanya merah bertepikan putih,
melambangkan persatuan dari unsur bapak dan unsur ibu.
Sindur ini dalam upacara perkawinan :
melambangkan persatuan dari unsur bapak dan unsur ibu.
Sindur ini dalam upacara perkawinan :
a) Dipakai sebagai ikat pinggang oleh orang tua (bapak dan ibu)
yang menyelenggarakan peralatan mantu.
yang menyelenggarakan peralatan mantu.
b) Dipakai sebagai salah satu sarana dalam upacara perkawinan
yaitu setelah mempelai bergandengan tangan (Jawa : kanthen)
berjalan menuju ke tempat duduk pengantin, maka salah
seorang pinisepuh putri (biasanya ibunda mempelai)
mengikuti berjalan dekat di belakang mempelai berdua sambil
menyelimutkan sehelai sindur sebagai lambang persatu paduan jiwa
raga suami istri yang abadi.Sindur diartikan kependekan dari
sin = isin/malu, Ndur = mundur (malu untuk mundur)
yaitu setelah mempelai bergandengan tangan (Jawa : kanthen)
berjalan menuju ke tempat duduk pengantin, maka salah
seorang pinisepuh putri (biasanya ibunda mempelai)
mengikuti berjalan dekat di belakang mempelai berdua sambil
menyelimutkan sehelai sindur sebagai lambang persatu paduan jiwa
raga suami istri yang abadi.Sindur diartikan kependekan dari
sin = isin/malu, Ndur = mundur (malu untuk mundur)
Bahwa tujuan perkawinan antara lain adalah untuk meneruskan
kehidupan generasi melalui pembangunan keluarga sejahtera.
kehidupan generasi melalui pembangunan keluarga sejahtera.
Segala rintangan/hambatan tidak akan melemahkan keyakinan dirinya
terhadap apayang harus diperjuangkan dalam usaha membangun suatu
keluarga sejahtera, terlebih-lebih dengan disertai do’a
restu orang tua kedua pengantin, maka apapun yang akan
dihadapinya akan terus diperjuangkan sampai terwujudnya harapan
serta cita-citanya tersebut.
terhadap apayang harus diperjuangkan dalam usaha membangun suatu
keluarga sejahtera, terlebih-lebih dengan disertai do’a
restu orang tua kedua pengantin, maka apapun yang akan
dihadapinya akan terus diperjuangkan sampai terwujudnya harapan
serta cita-citanya tersebut.
13. NGABAKTEN / SUNGKEM
Suatu kewajiban moral tradisional bagi sang mempelai untuk secara
fisik menunjukkan/menyatakan bakti dan hormatnya lahir batin
kepada orang tua dan para pinisepuhnya dengan gerakan tertentu,
seraya mohon do’a restu dan mendapat
fisik menunjukkan/menyatakan bakti dan hormatnya lahir batin
kepada orang tua dan para pinisepuhnya dengan gerakan tertentu,
seraya mohon do’a restu dan mendapat
ridho dari Tuhan agar selalu mendapatkan bimbingan dan petunjuk
di dalam membangun keluarga dan berguna bagi Nusa dan Bangsa.
di dalam membangun keluarga dan berguna bagi Nusa dan Bangsa.
Pada saat akan sungkem kedua pengantin melepas selop dan keris
yang dikenakan pengantin pria. Hal ini dimaksudkan bahwa kedua
mempelai dengan sepenuh hati telah siap akan bersujud kepada
orang tua pengantin dan pinisepuh
yang dikenakan pengantin pria. Hal ini dimaksudkan bahwa kedua
mempelai dengan sepenuh hati telah siap akan bersujud kepada
orang tua pengantin dan pinisepuh
14. GANTI BUSANA
Upacara mempelai untuk sementara waktu meninggalkan tempat
duduknya berjalan menuju kamar rias untuk ganti pakaian dengan
diiringi oleh beberapa orang pinisepuh, saudara-saudaranya
(laki-laki dan perempuan) dan lain-lain anggota keluarga terdekat
yang ditunjuk.
duduknya berjalan menuju kamar rias untuk ganti pakaian dengan
diiringi oleh beberapa orang pinisepuh, saudara-saudaranya
(laki-laki dan perempuan) dan lain-lain anggota keluarga terdekat
yang ditunjuk.
15.BESAN
Sebutan yang dipakai untuk menunjukkan hubungan kekeluargaan
antara orang tua dari mempelai lelaki dan orang tua dari mempelai
wanita.
antara orang tua dari mempelai lelaki dan orang tua dari mempelai
wanita.
16. MERTUA
Sebutan yang dipakai untuk menunjukkan hubungan kekeluargaan bagi
mempelai lelaki terhadap orang tua dari mempelai wanita dan bagi
mempelai wanita terhadap orang tua dari mempelai lelaki
(parent in laws)
mempelai lelaki terhadap orang tua dari mempelai wanita dan bagi
mempelai wanita terhadap orang tua dari mempelai lelaki
(parent in laws)
17. AMONG TAMU
Tugas khusus untuk menerima dan mengantar para tamu ke tempat
duduknya, menurut ketentuan protokol.
duduknya, menurut ketentuan protokol.
18. GAMELAN
Seperangkat (unit dari salah satu macam alat-musik Indonesia)
disiapkan untuk lebih menyemarakkan suasana
disiapkan untuk lebih menyemarakkan suasana
19. KERIS
Suatu benda semacam senjata-tajam yang mempunyai bentuk khusus
dan dianggap keramat berfungsi antara lain sebagai salah
satu perabot dari pada pakaian kebesaran secara adat Jawa.
dan dianggap keramat berfungsi antara lain sebagai salah
satu perabot dari pada pakaian kebesaran secara adat Jawa.
20. PAKAIAN SIKEPAN CEKAK / ALIT
Salah satu model pakaian pengantin yang dipakai setelah kembali
dari ganti menuju ketempat duduknya. Model ini yang biasa
digunakan oleh para pangeran saat upacara2 kebesaran.
dari ganti menuju ketempat duduknya. Model ini yang biasa
digunakan oleh para pangeran saat upacara2 kebesaran.
21. DIJEJERKAN
Diatur agar mempelai berdua berdiri berjajar.
22. PAMITAN
Para tamu mohon diri kepada orang tua kedua mempelai untuk pulang
kembali ke tempat masing2.
kembali ke tempat masing2.
23. NANDUR
Gerakan dari orang tua laki-laki untuk mendudukan kedua pengantin
di pelaminan dengan menekankan tangan di pundak pengantin pria
dan wanita yang dapat diartikan bahwa setiap orang tua dengan
kasih sayangnya tetap akan selalu memberikan petunjuk2 dan
pengarahan yang benar dengan harapan hendaknya segala
di pelaminan dengan menekankan tangan di pundak pengantin pria
dan wanita yang dapat diartikan bahwa setiap orang tua dengan
kasih sayangnya tetap akan selalu memberikan petunjuk2 dan
pengarahan yang benar dengan harapan hendaknya segala
sesuatu yang dilaksanakan selalu didasari budi yang baik dan
luhur.
Nandur = menanam
Dimaksukdkan bahwa akan tumbuh hidup subur dan dari kesuburan
tersebut dihasilkan buah yang bagus dan berguna.
luhur.
Nandur = menanam
Dimaksukdkan bahwa akan tumbuh hidup subur dan dari kesuburan
tersebut dihasilkan buah yang bagus dan berguna.
24. IMBAL WICARA
Dialog/percakapan yang dilaksanakan pada saat serah terima kedua
pengantin dari orang tua pengantin putri kepada orang tua
pengantin putra
pengantin dari orang tua pengantin putri kepada orang tua
pengantin putra
25. BOMBYOK KERIS / KOLONG KERIS
Suatu kelengkapan busana kebesaran bagi pengantin yang terdiri
dari untaian / rangkaian bunga dan mawar dengan warna putih
dan merah yang artinya sama dengan
dari untaian / rangkaian bunga dan mawar dengan warna putih
dan merah yang artinya sama dengan
arti sindur
26. OMBYONG
Sebutan bagi rombongan pengiring pengantin yang biasanya terdiri
dari para keluarga terdekat pengantin pria/wanita yang telah
ditentukan
dari para keluarga terdekat pengantin pria/wanita yang telah
ditentukan
27. NGARAK TEMANTEN
Kata kerja “ngarak” berarti membimbing secara bersama-sama dalam
bentuk rombongan
bentuk rombongan
28. MENGAPIT
Dapat diartikan mendampingi di sebelah kanan dan kiri yang dapat
dilakukan dalam posisi duduk, berdiri atau berjalan
dilakukan dalam posisi duduk, berdiri atau berjalan
29. BUCALAN = BUANGAN
Kata benda dari sesaji yang akan ditempatkan / dibuang di
tempat-tempat tertentu (route perjalanan dan kompleks
penyajiannya telah diuraikan di depan /
tempat-tempat tertentu (route perjalanan dan kompleks
penyajiannya telah diuraikan di depan /
skenario) Kata kerja dari pelaksanaan penyajian sesaji bucalan
gecok mentah dengan maksud mengharapkan partisipasi dari
para bahu rekso (makhluk yang tidak kelihatan) maupun yang
kelihatan, untuk menjaga jalan-jalan yang akan dilalui
pengantin dan juga ditempat-tempat yang akan dipakai tempat
upacara/perhelatan dan diminta supaya tidak mengganggu pengantin
sekalian, beserta orang tuanya, keluarganya, pengiringnya,
tamu-tamunya, para panitia dan pembantunya dan lain-lain. Semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan hajat Ngunduh Temanten
tersebut selamat hingga upacara selesai dengan paripurna
khususnya kepada pengantin sekalian diberikan rakhmat,
sejahtera dan bahagia lahir batin
gecok mentah dengan maksud mengharapkan partisipasi dari
para bahu rekso (makhluk yang tidak kelihatan) maupun yang
kelihatan, untuk menjaga jalan-jalan yang akan dilalui
pengantin dan juga ditempat-tempat yang akan dipakai tempat
upacara/perhelatan dan diminta supaya tidak mengganggu pengantin
sekalian, beserta orang tuanya, keluarganya, pengiringnya,
tamu-tamunya, para panitia dan pembantunya dan lain-lain. Semoga
Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan hajat Ngunduh Temanten
tersebut selamat hingga upacara selesai dengan paripurna
khususnya kepada pengantin sekalian diberikan rakhmat,
sejahtera dan bahagia lahir batin
30. SIRAMAN
Menunjukkan pengertian kata benda dari kata “siram” yang berarti
suatu perbuatan tradisional mandi bagi setiap orang calon
mempelai wanita maupun pria menjelang akad nikah.Untuk
keperluan ini diperlukan pula syarat-syarat atau sesaji-sesaji
yang disebut “sirna siraman” yang ujudnya sesuai dengan uraian
pada skenario.Upacara siraman (mandi mempelai) ini dipimpin dan
dilakukan/dibantu oleh para ahli waris terdekat yang sudah tua
usianya baik dari garis bapak maupun dari garis ibu
(sesuai masyarakat adat yang bersifat ke bapak ibuan = perenteel)
suatu perbuatan tradisional mandi bagi setiap orang calon
mempelai wanita maupun pria menjelang akad nikah.Untuk
keperluan ini diperlukan pula syarat-syarat atau sesaji-sesaji
yang disebut “sirna siraman” yang ujudnya sesuai dengan uraian
pada skenario.Upacara siraman (mandi mempelai) ini dipimpin dan
dilakukan/dibantu oleh para ahli waris terdekat yang sudah tua
usianya baik dari garis bapak maupun dari garis ibu
(sesuai masyarakat adat yang bersifat ke bapak ibuan = perenteel)
31. PAES
Menunjukkan kata benda dari kata kerja maesi, yang berarti merias
dahi calon mempelai wanita oleh seorang wanita ahli dalam
tugas ini, agar wajah si calon mempelai wanita terlihat
lebih cantik lagi mirip gambaran wajah seorang bidadari.
dahi calon mempelai wanita oleh seorang wanita ahli dalam
tugas ini, agar wajah si calon mempelai wanita terlihat
lebih cantik lagi mirip gambaran wajah seorang bidadari.
32. KEMBANG SETAMAN
Beberapa macam bunga yang dicampur satu dalam sebuah tempat/wadah
yang berisi air tawar
yang berisi air tawar
0 comments:
Posting Komentar