Sabtu, 22 April 2017

Ritual Adat Pernikahan Jawa




Budaya Jawa merupakan salah satu kebudayaan yang dimiliki bangsa 
Indonesia yang didalam tradisinya memiliki nilai-nilai 
keluhuran dan kearifan budaya yang menjadi ciri khas masyarakat 
Jawa. Setiap tradisi dalam masyarakat Jawa memiliki arti 
dan makna filosofis yang mendalam dan luhur. Begitu pula pada 
prosesi & Tata cara pernikahan adat Jawa yang sarat makna serta 
folosofi yang apabila dipelajari dan didalami akan memberi 
kesan unik, sakral dan khidmat saat dijalankan, berikut 
sekilas Kronologi, Tata cara dan maknanya:
A. KRONOLOGIS

Kronologis ketemu jodoh pada orang Jawa dahulu, biasanya melalui 
cara yang disebut:

1. Babat alas artinya membuka hutan untuk merintis membuat lahan. 
Dalam hal babat alas ini orangtua pemuda merintis seorang congkok 
untuk mengetahui apakah si gadis sudah mempunyai calon atau 
belum. Istilah umumnya disebut nakokake artinya 
menanyakan.

2. Kalau sang pemuda belum kenal dengan sang gadis, maka adanya 
upacara nontoni

Yaitu sang pemuda diajak keluarganya datang ke rumah sang gadis, 
pada saat pemuda pemuda itu diajak/ diberi kesempatan untuk 
nontoni sang gadis pilihan orang tuanya.
3. Bila cocok artinya saling setuju, kemudian disusul dengan 
upacara nglamar atau meminang. Dalam upacara nglamar, 
keluarga pihak sang pemuda menyerahkan barang kepada 
pihak sang gadis sebagai peningset yang terdiri dari pakaian 
lengkap, dalam bahasa Jawanya sandangan sapangadek.

4. Menjelang hari perkawinan diadakan upacara srah-srahan atau 
asok tukon yaitu

pihak calon pengantin putra menyerahkan sejumlah hadiah perkawinan
kepada keluarga pihak calon pengantin putri berupa hasil 
bumi, alat-alat rumah tangga, ternak dan kadang-kadang ditambah 
sejumlah uang.
5. Kira-kira 7 hari (dulu 40 hari) sebelum hari pernikahan calon 
pengantin putri dipingit artinya tidak boleh keluar dari rumah 
dan tidak boleh bertemu dengan calon suaminya. Selama masa 
pingitan calon pengantin putri membersihkan diri dengan 
mandi kramas dan badannya diberi lulur.
6. Sehari atau dua hari sebelum upacara akad nikah di rumah 
orangtua calon pengantin putri membuat tratag dan menghias 
rumah. Kesibukan tersebut biasanya juga dinamakan upacara pasang 
tarub.
7. Upacara siraman yaitu memandikan calon pengantin putri dengan 
kembang telon yaitu bunga mawar, melati dan kenanga dan 
selanjutnya disusul dengan upacara ngerik. Upacara ngerik yaitu 
membersihkan bulu-bulu rambut yang terdapat di dahi, kuduk, 
tengkuk dan di pipi.
8. Setelah upacara ngerik, maka pada malam hari diadakan upacara 
malam Midodareni. Calon pengantin putra datang ke rumah pengantin 
putri dan selanjutnya calon pengantin putra menjalani upacara 
nyantri.
9. Pada pagi harinya atau sore harinya dilangsungkan upacara ijab 
kabul yaitu meresmikan kedua insan antara pria dan wanita yang 
memadu kasih telah sah menjadi suami istri.
10. Sehabis upacara ijab kabul dilangsungkan upacara panggih atau 
temon yaitu pengantin putra dan pengantin putri ditemukan 
yang berakhir duduk bersanding di pelaminan.
11. Lima hari setelah akad nikah dan upacara panggih diadakan 
upacara sepasaran pengantin atau ngunduh mantu apabila disertai 
dengan pesta.
B. RANGKAIAN UPACARA ADAT PENGANTIN JAWA

Rangkaian upacara adat pengantin Jawa secara kronologis diuraikan 
dari awal sampai akhir sebagai berikut :

1. Upacara siraman pengantin putra-putri

2. Upacara malam midodareni

3. Upacara akad nikah / ijab kabul

4. Upacara panggih / temu
5. Upacara resepsi
6. Upacara sesudah pernikahan
Makna rangkaian upacara tersebut secara perinci dapat dijelaskan 
sebagai berikut :

1. Upacara Siraman Pengantin Putra-putri

Upacara siraman ini dilangsungkan sehari sebelum akad nikah 
(ijab kabul). Akad nikah dilangsungkan secara/menurut agama 
masing-masing dan hal ini tidak mempengaruhi jalannya upacara 
adat. Langkah-langkah yang perlu diperhatikan pada upacara 
siraman adalah :

a) Siraman Pengantin Putri

• Pengantin putri pada upacara siraman sebaiknya mengenakan kain 
dengan motif Grompol yang dirangkapi dengan kain mori putih 
bersih sepanjang dua meter dan pengantin putri rambutnya terurai.

• Yang bertugas menyiram pengantin putri adalah :
Bapak dan Ibu pengantin putri, disusul Bapak dan Ibu pengantin 
putra, diteruskan oleh orang-orang tua serta keluarga yang 
dianggap telah pantas sebagai teladan. Siraman ini dilanjutkan 
dan diakhiri juru rias dan paling akhir adalah dilakukan 
oleh pengantin sendiri, sebaiknya pergunakan air hangat agar 
pengantin yang disirami tidak masuk angin.
b) Siraman Pengantin Putra
Urut-urutan upacara siraman pengantin putra adalah sama seperti 
sirama pengantin putri hanya yang menyiram pertama adalah Bapak 
pengantin putra.Setelah upacara siraman pengantin selesai, 
maka pengantin putra ke tempat pemondokan yang tidak jauh 
dari tempat kediaman pengantin putri. Dalam hal ini pengantin 
putra belum diizinkan tinggal serumah dengan pengantin 
putri. Sedangkan pengantin putri setelah siraman berganti busana 
dengan busana kerik, yaitu pengantin putri akan dipotong rambut 
bagian depan pada dahi secara merata.

2. Upacara Midodareni

Dalam upacara midodareni pengantin putri mengenakan busana polos 
artinya dilarang mengenakan perhiasan apa-pun kecuali cincin
kawin. Dalam malam midodareni itulah baru dapat dikatakan 
pengantin dan sebelumnya disebut calon pengantin. Pada 
malam itu pengantin putra datang ke rumah pengantin putri. 
Untuk model Yogyakarta pengantin putra mengenakan busana 
kasatrian yaitu baju surjan, blangkon model Yogyakarta, 
kalung korset, mengenakan keris, sedangkan model Surakarta, 
pengantin putra mengenakan busana Pangeran yaitu mengenakan 
jas beskap, kalung korset dan mengenakan keris pula. Untuk 
mempermudah maka pengantin putra pada waktu malam midodareni 
boleh juga mengenakan jas lengkap dengan mengenakan dasi asal 
jangan dasi kupu-kupu. Kira-kira pukul 19:00, pengantin 
putra datang ke rumah pengantin putri untuk berkenalan dengan 
keluarga dan rekan-rekan pengantin putri. Setibanya pengantin 
putra, maka terus diserahkan kepada Bapak dan Ibu pengantin putri. Setelah penyerahan diterima pengantin putra diantarkan ke pondok yang telah 
disediakan yang jaraknya tidak begitu berjauhan dengan rumah 
pengantin putri. Pondokan telah disediakan makanan dan minuman 
sekedarnya dan setelah makan dan minum ala kadarnya maka 
pengantin putra menuju ke tempat pengantin putri untuk menemui 
para tamu secukupnya kemudia pengantin putra kembali ke pondokan 
untuk beristirahat. Jadi jangan sampai jauh malam, karena 
menjaga kondisi fisik seterusnya. Jadi kira-kira pukul 22:00 
harus sudah kembali ke pondokan. Hal ini perlu mendapatkan 
perhatian sepenuhnya agar jangan sampai pengantin menjadi sangat 
lelah karena kurang tidur. Setelah upacara malam midodareni ini 
masih disusul dengan upacara-upacara lainnya yang kesemuanya 
itu cukup melelahkan kedua pengantin.
Pada malam midodareni pengantin putri tetap di dalam kamar 
pengantin dan setelah pukul 24:00 baru diperbolehkan tidur. 
Pada malam midodareni ini para tamu biasanya berpasangan suami 
istri. Keadaan malam midodareni harus cukup tenang dan 
suasana khidmat, tidak terdengar percakapan-percakapan yang 
terlalu keras.
Para tamu bercakap-cakap dengan tamu lain yang berdekatan saja. 
Pada pukul 22:00 – 24:00 para tamu diberikan hidangan makan dan 
sedapat mungkin nasi dengan lauk-pauk opor ayam dan telur 
ayam kampung, ditambah dengan lalapan daun kemangi.

Perlengkapan yang diperlukan untuk upacara panggih :

1) Empat sindur untuk dipakai oleh kedua belah orang tua

2) Empat meter kain mori putih yang dibagi menjadi dua bagian 
masing-masing dua meter

3) Dua lembar tikar yang akan dipergunakan untuk duduk pengantin 
putri pada waktu di rias

4) Dua buah kendhi untuk siraman pengantin putra-putri
5) Dua butir kelapa gading yang masih utuh dan masih pada 
tangkainya
6) Sebutir telur ayam kampung yang masih mentah dan baru
7) Sebungkus bunga setaman
8) Satu buah baskom / pengaron yang telah ada air serta gayungnya 
untuk upacara membasuh kaki pengantin putra
9) Dua helai kain sindur dengan bentuk segi empat digunakan pada 
upacara tanpa kaya atau kantongan yang terbuat dari kain apa saja.
10) Daham klimah yaitu upacara makan bersama-sama (dulangan) atau 
suap-suapan pengantin putri menyuapi pengantin putra dan 
sebaliknya
11) Dahar klimah, pada upacara dahar klimah makanan yang perlu 
disiapkan adalah : nasi kuning ditaburi bawang merah yang 
telah digoreng dan opor ayam. Pada upacara tanpa kaya yang 
perlu disediakan ialah : kantongan yang berisi uang logam, 
beras, kacang tanah, kacang hijau, kedelai, jagung dan lain-lain.

3. Upacara Akad Nikah

Upacara akad nikah dilaksanakan menurut agamanya masing-masing. 
Dalam hal ini tidak mempengaruhi jalannya upacara selanjutnya. Bagi pemeluk agama Islam akad nikah dapat dilangsungkan di masjid atau mendatangkan 
Penghulu. Setelah 
akad nikah diberikan petunjuk sebagai berikut : Setelah upacara 
akad nikah selesai,pengantin putra tetap menunggu di luar untuk 
upacara selanjutnya. Yang perlu mendapatkan perhatian ialah 
selama upacara akad nikah pengantin putra boleh mengenakan 
keris (keris harus dicabut terlebih dahulu) dan kain yang dopakai 
oleh kedua pengantin tidak boleh bermotif hewan begitu pula 
blangkon yang dipakai pengantin putra. Bagi pemeluk agama 
Katholik atau Kristen akad nikah dilangsungkan di gereja. Untuk 
pemeluk agama Katholik dinamakan menerima Sakramen Ijab, 
baik agama Islam maupun Katholik atau Kristen pelaksanaan akad 
nikah harus didahulukan dan setelah selesai Ijab Kabul barulah 
upacara adat dapat dilangsungkan.

4. Upacara Panggih

Bagian I

Upacara balangan sedah / lempar sirih yaitu pengantin putra dan 
pengantin putri saling melempar sirih, setelah itu disusul 
dengan berjabat tangan tanda saling mengenal.

Bagian II

Upacara Wiji Dadi

Sebelum pengantin putra menginjak telur, pengantin putri membasuh 
terlebih dahulu kedua kaki pengantin putra.

Bagian III

Upacara sindur binayang yaitu pasangan pengantin berjalan 
dibelakang ayah pengantin putri, sedangkan ibu pengantin putri 
dibelakangnya pengantin tersebut.Hal ini mempunyai makna 
Bapak selalu membimbing putra-putrinya menuju kebahagiaan,
sedangkan Ibu memberikan dorongan “tut wuri handayani”

Bagian IV

Timbang (Pangkon) dan disusul upacara tanem

Upacara tanem yaitu Bapak pengantin putri mempersilahkan duduk 
kedua pengantin di pelaminan yang bermakna bahwa Bapak telah 
merestui dan mengesahkan kedua pengantin menjadi suami istri.

Bagian V

Upacara tukar kalpika yang disebut juga tukar cincin yaitu 
memindahkan dari jari manis kiri ke jari manis kanan 
dan dilaksanakan saling memindahkan. Hal ini mempunyai makna 
bahwa suami istri telah memadu kasih sayang untuk mencapai hidup 
bahagia sepanjang hidup.

Bagian VI

Kacar-kucur (tanpa kaya)

Upacara kacar-kucur atau disebut guna kaya yang bermakna bahwa 
hasil jerih payah sang suami diperuntukkan kepada sang istri 
untuk kebutuhan keluarga.

Bagian VII

Kembul Dhahar “ Sekul Walimah “

Upacara kembul dhahar yaitu kedua pengantin saling suap-suapan 
secara lahap. Hal ini bermakna bahwa hasil jerih payah dan 
rejeki yang diterimanya adalah berkat Rahmat Tuhan dan untuk 
mencukupi keluarganya. Segala suka dan duka harus 
dipikul bersama-sama.

Bagian VIII

Pengantin putra dengan sabar menunggu pengantin putri 
menghabiskan Dhaharan.Biasanya Ibu lebih sayang untuk 
membuang makanan. Hal ini bermakna agar Tuhan selalu 
memberikan rezeki dan selalu mensyukuri rezeki yang diterimanya.

Bagian IX

Upacara Mertuwi

Bapak dan Ibu pengantin putra datang dijemput oleh Bapak dan Ibu 
pengantin putri untuk menjenguk pengesahan perkawinan putrinya. 
Setelah dipersilahkan duduk oleh Bapak dan Ibu pengantin 
putri lalu dilangsungkan upacara sungkeman. Apabila Ayah atau 
Bapak pengantin putra telah meninggal dunia, maka sebagai 
gantinya yaitu kakak pengantin putra atau pamannya.

Bagian X

Upacara Sungkeman

Upacara sungkeman / Ngebekten yaitu kedua pengantin berlutut 
untuk menyembah kepada Bapak dan Ibu dari kedua pengantin. 
Dalam hal ini bermakna bahwa kedua pengantin tetap berbakti 
kepada Bapak / Ibu pengantin, serta mohon doa restu agar 
Tuhan selalu memberikan rahmatnya.
ARTI ISTILAH DAN MAKNANYA

1. TARUB

Kata benda yang menunjukan pengertian dari satu “ bangunan darurat “ 
yang khusus didirikan pada dan di sekitar rumah orang yang 
mempunyai hajat menyelenggarakan peralatan perkawinan / 
Ngunduh Temanten, dengan tujuan rasional dan irrasional.

Rasional : Membuat tambahan ruang untuk tempat duduk tamu dan 
lain-lainnya

Irrasional : Karena pembuatan tarub menurut adat harus disertai 
dengan macam macam persyaratan khas yang disebut srana-srana / 
sesaji, maka yang demikian itu mempunyai tujuan 
“ keselamatan lahir batin “ dalam memangku-kerja-perkawinan itu 
dalam arti luas Adapun Srana Tarub yang pokok disebut tuwuhan 
dengan maksud supaya berkembang di segala bidang bagi kedua 
mempelai terdiri dari :

a) Sepasang pohon pisang-raja yang berbuah, maknanya secara 
singkat adalah :
• Agar mempelai kelak menjadi pimpinan yang baik bagi 
keluarganya/ lingkungannya/bangsanya
• Seperti pohon pisang dapat tumbuh dan hidup di mana saja maka 
diharapkan 
bahwa mempelai berdua pun dapat hidup dan menyesuaikan diri di 
lingkungan mana pun juga dan berhasil (berubah)
b) Sepasang Tebu Wulung
Tebu : antipening kalbu = tekad yang bulat
Wulung : mulus = matang
Maknanya, dari mempelai diharapkan agar segala sesuatu yang 
sudah dipikir matang-matang dikerjakan/dilaksanakan dengan tekad 
yang bulat, pantang mundur (“mulat sarira hangrasawani”)
c) Dua janjang kelapa gading yang masih muda
Kelapa gading : Kelapa yang kulitnya kuning
Kelapa muda : cengkir
Maknanya, kencengin pikir = kemauan yang keras
Dari mempelai diharapkan agar memiliki “kemauan yang keras” untuk 
dapat mencapai tujuan
d) Daun : beringin
Daun : Maja
Daun : Koro
Daun : Andong
Daun : Alang-alang
Daun : Apa-apa (daun dadap srep)
Maknanya, diharapkan dari mempelai kelak dapat tumbuh seperti 
pohon beringin, menjadi pengayom lingkungannya dan agar semuanya 
dapat berjalan dengan selamat sentosa lahir batin 
(aja ana-sekoro-koro kalis alangan sawiji apa)

2. SRANA/SESAJI TARUB

Menunjukkan pengertian baik kata benda maupun kata kerja, yang 
berarti membuat/mempersiapkan semua persyaratan barang-barang 
baik yang berujud (materiil) maupun yang tidak berujud 
(spirituil) yang diperlukan untuk pelengkap syarat pembuatan 
tarub sesuai dan menurut kepercayaan dan pengertian tradisi/adat.

3. NGUNDUH ATAU NGUNDUH TEMANTEN

Kata-kata Ngunduh = memetik yang dilakukan khusus oleh orang tua 
dari mempelai lelaki, yang berarti mendatangkan mempelai berdua 
di rumah orang tua mempelai lelaki, biasanya setelah 5 hari 
anaknya lelaki itu berada di rumah mertuanya sejak hari 
dilangsungkan perkawinannya, untuk secara bergantian dirayakan 
di rumah orang tuanya sendiri (orang tua mempelai lelaki) 
dengan maksud untuk memperkenalkan mempelai kepada keluarganya 
dan handai taulan.

4. SRANA NGUNDUH

Idem dengan No.2 di atas, untuk ucapan “ Ngunduh Tematen “

5. PETANEN ATAU KROBONGAN

Kata benda petanen atau krobongan yakni kamar tengah dari dalem = 
bangunan rumah yang dibelakang. Bangunan rumah yang didepan 
namanya PendapaKamar tengah yang disebut petanen ini biasanya 
selalu dihiasi atau bahasa Jawa di robyong. Tempat yang 
dirobyong itu lalu disebut Krobongan . Petanen atau juga 
disebut krobongan ini adalah kamar yang disediakan untuk 
DEWI SRI yaitu dewinya pertanian (Jawa = petanen)Dalam 
upacara perkawinan, maka setelah temu atau panggih, kedua 
mempelai lalu duduk di muka petanen ini. Disitulah 
dilakukan ucapan-ucapan kelanjutannya, misalnya: nimbang, 
kacar-kucur atau sungkem dan lain-lainnya. Sesuai dengan 
perkembangannya sekarang krobongan disebut pelaminan yang 
bentuknya disesuaikan dengan situasi dan kondisi.

6. KEMBAR MAYANG

Terdiri dari 2 kata,

Kembar : dua benda yang sama bentuknya dan ukurannya

Mayang : bunga pohon pinang

Jadi artinya, sepasang benda yang dirangkai dalam bentuk tertentu 
dengan bunga pinang guna keperluan mempelai. Akan tetapi arti 
sebenarnya dimaksudkan disini melambangkan suatu “pohon hayat” 
dalam bentuk sekaligus berfungsi sebagai dekorasi.

7. TEMANTEN ATAU PENGANTIN

Artinya Mempelai

8. PRABOT TEMANTEN

Segala sesuatu yang perlu bagi seorang temanten, terutama sekali 
mengenai pakaian tradisional temanten menurut adat

9. “PINISEPUH“ PUTRI

Dalam arti sempit :

Ahli waris wanita yang dekat hubungannya dengan keluarga dan yang 
kedudukannya dalam lingkungan keluarga itu lebih tua dari sang 
mempelai, misalnya :

• Dari garis lurus ke atas (adscendenten) Ibu, nenek putri, eyang 
buyut dan seterusnya

• Dari garis samping Kakak perempuan, bibi (tante, oudtante) dan 
seterusnya.Dalam arti luas :
Yang disebut di atas + wanita-wanita lain yang tua usianya dan 
sangat akrab hubungannya dengan keluarga yang bersangkutan 
(bahasa Jawa disebut Kewula-keraga)

10. “PINISEPUH“ KAKUNG

Idem dengan No.9 diatas tetapi untuk pengertian lelaki

11. NGANTHI

Kata kerja Nganthi berarti membimbing fisik = mendampingi dan 
memegangi tangan dari sang mempelai

12. SINDUR

Semacam selendang yang warnanya merah bertepikan putih, 
melambangkan persatuan dari unsur bapak dan unsur ibu. 
Sindur ini dalam upacara perkawinan :

a) Dipakai sebagai ikat pinggang oleh orang tua (bapak dan ibu) 
yang menyelenggarakan peralatan mantu.

b) Dipakai sebagai salah satu sarana dalam upacara perkawinan 
yaitu setelah mempelai bergandengan tangan (Jawa : kanthen) 
berjalan menuju ke tempat duduk pengantin, maka salah 
seorang pinisepuh putri (biasanya ibunda mempelai) 
mengikuti berjalan dekat di belakang mempelai berdua sambil 
menyelimutkan sehelai sindur sebagai lambang persatu paduan jiwa 
raga suami istri yang abadi.Sindur diartikan kependekan dari 
sin = isin/malu, Ndur = mundur (malu untuk mundur)

Bahwa tujuan perkawinan antara lain adalah untuk meneruskan 
kehidupan generasi melalui pembangunan keluarga sejahtera.
Segala rintangan/hambatan tidak akan melemahkan keyakinan dirinya 
terhadap apayang harus diperjuangkan dalam usaha membangun suatu 
keluarga sejahtera, terlebih-lebih dengan disertai do’a 
restu orang tua kedua pengantin, maka apapun yang akan 
dihadapinya akan terus diperjuangkan sampai terwujudnya harapan 
serta cita-citanya tersebut.

13. NGABAKTEN / SUNGKEM

Suatu kewajiban moral tradisional bagi sang mempelai untuk secara 
fisik menunjukkan/menyatakan bakti dan hormatnya lahir batin 
kepada orang tua dan para pinisepuhnya dengan gerakan tertentu, 
seraya mohon do’a restu dan mendapat 
ridho dari Tuhan agar selalu mendapatkan bimbingan dan petunjuk 
di dalam membangun keluarga dan berguna bagi Nusa dan Bangsa.

Pada saat akan sungkem kedua pengantin melepas selop dan keris 
yang dikenakan pengantin pria. Hal ini dimaksudkan bahwa kedua 
mempelai dengan sepenuh hati telah siap akan bersujud kepada 
orang tua pengantin dan pinisepuh

14. GANTI BUSANA

Upacara mempelai untuk sementara waktu meninggalkan tempat 
duduknya berjalan menuju kamar rias untuk ganti pakaian dengan 
diiringi oleh beberapa orang pinisepuh, saudara-saudaranya 
(laki-laki dan perempuan) dan lain-lain anggota keluarga terdekat 
yang ditunjuk.

15.BESAN

Sebutan yang dipakai untuk menunjukkan hubungan kekeluargaan 
antara orang tua dari mempelai lelaki dan orang tua dari mempelai 
wanita.

16. MERTUA

Sebutan yang dipakai untuk menunjukkan hubungan kekeluargaan bagi 
mempelai lelaki terhadap orang tua dari mempelai wanita dan bagi 
mempelai wanita terhadap orang tua dari mempelai lelaki 
(parent in laws)

17. AMONG TAMU

Tugas khusus untuk menerima dan mengantar para tamu ke tempat 
duduknya, menurut ketentuan protokol.

18. GAMELAN

Seperangkat (unit dari salah satu macam alat-musik Indonesia) 
disiapkan untuk lebih menyemarakkan suasana

19. KERIS

Suatu benda semacam senjata-tajam yang mempunyai bentuk khusus 
dan dianggap keramat berfungsi antara lain sebagai salah 
satu perabot dari pada pakaian kebesaran secara adat Jawa.

20. PAKAIAN SIKEPAN CEKAK / ALIT

Salah satu model pakaian pengantin yang dipakai setelah kembali 
dari ganti menuju ketempat duduknya. Model ini yang biasa 
digunakan oleh para pangeran saat upacara2 kebesaran.

21. DIJEJERKAN

Diatur agar mempelai berdua berdiri berjajar.

22. PAMITAN

Para tamu mohon diri kepada orang tua kedua mempelai untuk pulang 
kembali ke tempat masing2.

23. NANDUR

Gerakan dari orang tua laki-laki untuk mendudukan kedua pengantin 
di pelaminan dengan menekankan tangan di pundak pengantin pria 
dan wanita yang dapat diartikan bahwa setiap orang tua dengan 
kasih sayangnya tetap akan selalu memberikan petunjuk2 dan 
pengarahan yang benar dengan harapan hendaknya segala 
sesuatu yang dilaksanakan selalu didasari budi yang baik dan 
luhur.
Nandur = menanam 
Dimaksukdkan bahwa akan tumbuh hidup subur dan dari kesuburan 
tersebut dihasilkan buah yang bagus dan berguna.

24. IMBAL WICARA

Dialog/percakapan yang dilaksanakan pada saat serah terima kedua 
pengantin dari orang tua pengantin putri kepada orang tua 
pengantin putra

25. BOMBYOK KERIS / KOLONG KERIS

Suatu kelengkapan busana kebesaran bagi pengantin yang terdiri 
dari untaian / rangkaian bunga dan mawar dengan warna putih 
dan merah yang artinya sama dengan 
arti sindur

26. OMBYONG

Sebutan bagi rombongan pengiring pengantin yang biasanya terdiri 
dari para keluarga terdekat pengantin pria/wanita yang telah 
ditentukan

27. NGARAK TEMANTEN

Kata kerja “ngarak” berarti membimbing secara bersama-sama dalam 
bentuk rombongan

28. MENGAPIT

Dapat diartikan mendampingi di sebelah kanan dan kiri yang dapat 
dilakukan dalam posisi duduk, berdiri atau berjalan

29. BUCALAN = BUANGAN

Kata benda dari sesaji yang akan ditempatkan / dibuang di 
tempat-tempat tertentu (route perjalanan dan kompleks 
penyajiannya telah diuraikan di depan / 
skenario) Kata kerja dari pelaksanaan penyajian sesaji bucalan 
gecok mentah dengan maksud mengharapkan partisipasi dari 
para bahu rekso (makhluk yang tidak kelihatan) maupun yang 
kelihatan, untuk menjaga jalan-jalan yang akan dilalui 
pengantin dan juga ditempat-tempat yang akan dipakai tempat 
upacara/perhelatan dan diminta supaya tidak mengganggu pengantin 
sekalian, beserta orang tuanya, keluarganya, pengiringnya, 
tamu-tamunya, para panitia dan pembantunya dan lain-lain. Semoga 
Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan hajat Ngunduh Temanten 
tersebut selamat hingga upacara selesai dengan paripurna 
khususnya kepada pengantin sekalian diberikan rakhmat, 
sejahtera dan bahagia lahir batin

30. SIRAMAN

Menunjukkan pengertian kata benda dari kata “siram” yang berarti 
suatu perbuatan tradisional mandi bagi setiap orang calon 
mempelai wanita maupun pria menjelang akad nikah.Untuk 
keperluan ini diperlukan pula syarat-syarat atau sesaji-sesaji 
yang disebut “sirna siraman” yang ujudnya sesuai dengan uraian 
pada skenario.Upacara siraman (mandi mempelai) ini dipimpin dan 
dilakukan/dibantu oleh para ahli waris terdekat yang sudah tua 
usianya baik dari garis bapak maupun dari garis ibu 
(sesuai masyarakat adat yang bersifat ke bapak ibuan = perenteel)

31. PAES

Menunjukkan kata benda dari kata kerja maesi, yang berarti merias 
dahi calon mempelai wanita oleh seorang wanita ahli dalam 
tugas ini, agar wajah si calon mempelai wanita terlihat 
lebih cantik lagi mirip gambaran wajah seorang bidadari.

32. KEMBANG SETAMAN

Beberapa macam bunga yang dicampur satu dalam sebuah tempat/wadah 
yang berisi air tawar
Share:

0 comments:

Posting Komentar